Malam yang gelap, menjadi latar
belakang yang indah saat kunang-kunang berterbangan di angkasa. Disana, di
taman itu, sepasang kekasih tengah asyik berdansa. Walau tanpa diiringi musik. Hening
sekali disana. Hanya ada bunyi jangrik dan tawa bahagia mereka yang memenuhi
seisi taman yang sepi.
Di temani oleh puluhan kunang,
mereka menghayati malam tenang itu. Sambil kadang tertawa pelan, mereka berdansa
dengan mahirnya. Si wanita memakai gaun putih yang indah, sementara si pria
memakai tuxedo hitam yang sangat memikat. Keduanya terus berdansa, tanpa
menyadari seorang pria tengah memperhatikan mereka.
Pria itu, Yesung, berdiri menatap
sepasang kekasih yang serasi itu. Ia tersenyum, namun senyum sedihlah yang ia
tampilkan.
Ia senang, karena sang wanita
kini sudah bersama pria yang lebih cocok dari dirinya. Namun ia juga sangat
sedih, karena mengetahui kenyataan bahwa kini, cintanya telah berdansa dengan
pria lain.
Yesung sangat menyesal sekarang.
Dulu ia terlalu muda dan bodoh untuk menyadarinya. Seharusnya dulu aku membelikanmu sebuket bunga, dan menggenggam erat
tanganmu mungilmu. Seharusnya aku bisa memberimu semua waktuku, jika aku
memiliki sebuah kesempatan. Membawamu ke setiap pesta, karena aku tahu, semua
yang ingin kau lakukan adalah berdansa. Dan kau, cintaku. Sekarang kau
berdansa, tapi dengan pria lain.
Yesung tahu, ia tidak bisa dan
tak akan pernah bisa untuk membersihkan kekacauan yang ia buat saat ia masih
bersama wanita itu. Dan sejujurnya, itulah yang menghantui dirinya saat ia
menutup matanya.
Pria malang itu berlalu
meninggalkan taman tempat kedua sejoli itu yang masih asyik berdansa. Ia
berjalan dengan putus asa. Ia berjalan dengan sepercik kerinduan.
Jalan kini sudah lengang, karena
malam sudah larut. Membuat Yesung bisa mengeluarkan semua kepedihannya
lewat air mata.
Pria itu menangis. Menyesali
semua kesalahannya di masa lalu.
**
Tiga bulan telah berlalu, sejak
perpisahan Yesung dengan mantan kekasihnya. Dan dua hari telah berlalu, sejak
Yesung melihat sang mantan sudah bersama pria lain. Namun ia masih tidak bisa
melupakan wanita yang dulu adalah miliknya itu.
Lagu kesukaan mereka, yang
terputar di radio, sekarang sudah tidak lagi terdengar sama. Hati Yesung akan
sakit jika mendengar nama mantannya itu disebut. Dan kini, rumahnya yang dulu
sering dikunjungi oleh tawa bahagia sang mantan, sekarang terasa sangat hampa.
Yesung berjalan dengan lemahnya
menuju taman itu. Taman dimana ia habiskan waktu berdua dengan mantannya. Dan
taman dimana ia menyaksikan bahwa mantannya kini sudah bersama pria lain.
Yesung duduk di bangku favoritnya
dengan mantan kekasihnya itu. Kenangan itu dengan sekejap tiba di hadapan
Yesung. Membuat hatinya semakin perih. Membuat rongga di dadanya membesar.
Ia menangkupkan wajahnya ke dalam
lutut yang ia tekuk. Dan disanalah ia menangis tanpa suara. Namun terdengar
sangat menyakitkan.
Memang benar apa yang dikatakan
orang-orang. Bahwa hanya satu hal didunia ini, cara untuk menyadari seorang
manusia betapa berharganya orang yang kita cintai. Yaitu dengan kehilangan.
Sekarang semua sudah sangat
terlambat. Namun tiba-tiba sesuatu menyentuh pundak lelaki malang itu, membuat
Yesung mendongkakan kepalanya.
Dilihatnya wanita itu. Wanita
yang dulu ia cintai. Bahkan sampai sekarang ia masih mencintainya. Wanita yang
dulu ia nantikan kehadirannya. Bahkan sampai sekarang ia masih mengharapkan hal
itu.
Wanita itu menatap Yesung dengan
sedih. Seakan ia tahu bahwa hati Yesung sangat terluka. Namun sekarang ia sudah
milik pria lain. Pria yang lebih menghargai dirinya lebih dari yang dulu Yesung
lakukan.
“Kenapa kau jadi seperti ini?”
lirih wanita itu seraya duduk.
Yesung tak mengalihkan
pandangannya dari wanita itu. “Yuri-ah…”
Wanita yang bernama Yuri itu,
menghapus air mata Yesung dengan lembut. Sangat lembut sehingga membuat Yesung
ingin mendekapnya erat. Sangat erat agar Yuri tak lagi pergi meninggalkannya.
Tapi Yesung tahu, itu salah. Yuri
bukan miliknya lagi sekarang.
“Kumohon jangan seperti ini oppa…” bisik Yuri sambil mengelus rambut
gelap Yesung.
Sentuhan wanita itu, membuat Yesung semakin ingin
menangis. Ia merindukan sentuhan itu, namun ia juga berharap agar sentuhan itu
tak dirasakannya lagi. Karena itu hanya akan membuatnya semakin sakit.
“Oppa,
dengarkan aku…”
“Yul,” Yesung mendesah sambil
merogoh saku jaket yang sekarang ia kenakan. Ia harus pergi sekarang juga. Jika
tak mau rongga di dadanya semakin besar. “aku ingin kau membacanya.” Pria itu
memberi sepucuk surat yang di bungkus amplop putih bersih.
Tangan Yuri meraih surat itu. Namun
bukan hanya surat itu yang ia raih. Tapi tangan Yesung pun kini sudah ia
genggam dengan erat.
“Oppa…”
“Aku harus pergi sekarang…” Yesung
berdiri dengan tangan yang masih digenggam Yuri. Matanya kini sudah tak sanggup
melihat wajah wanita yang masih sangat berharga baginya itu. Maka ia putuskan
untuk memandang ke depan dengan perasaan yang sangat berat. “Terimakasih untuk
semuanya, dan selamat atas pernikahanmu dengan Minho.” Ucap Yesung dengan susah
payah agar tidak terdengar sesenggukan. Yesung berusaha berlalu, namun
tangannya masih ada di genggaman Yuri.
Hati Yuri mencelos sekarang. Ia
tahu ini terlalu cepat sejak perpisahannya dengan Yesung. Namun
orang tuanya yang membuat ia terpaksa untuk mempercepat pernikahan. Lagipula
Minho sangat mencintanya. Dan ia juga sudah mencintai pria yang lebih muda
darinya itu.
“Kumohon Yuri… lepaskan aku…” desis Yesung dengan air
mata yang sudah mengalir ke pipi mulusnya.
Perlahan tapi pasti, genggaman Yuri melemah. Ia
menjatuhkan tangannya yang masih menggenggam surat ke pangkuannya. Dan saat itu juga
Yesung berjalan meninggalkan Yuri yang sedang berusaha untuk tidak menangis.
Tapi tak berhasil.
Yuri membuka surat
itu dengan tangan yang bergemetar hebat. Tetesan-tetesan air matanya jatuh
menimpa surat
dari Yesung.
Ia sudah tak mencintai Yesung, namun ia terlalu sakit
jika harus melihat pria yang dulunya humoris sekarang berubah menjadi pria yang
sangat rapuh. Maka semakin keluarlah air mata Yuri saat membaca surat dari Yesung.
Aku tahu
ini memang menyakitkan, tapi biarlah aku katakan padamu terlebih dahulu bahwa
aku menyadari, memang aku salah.
Yuri, aku
tahu ini sangat sangat terlambat untuk memohon maaf padamu untuk semua
kesalahan itu. Tapi aku hanya ingin kau tahu, bahwa…
Kuharap
Minho selalu membelikanmu sebuket bunga, disaat dulu aku tak pernah
membelikannya untukmu.
Kuharap Minho selalu ada untuk mengenggam erat tangannmu, sementara dulu aku jarang melakukannya.
Memberikan semua waktunya untukmu, disaat ia masih memiliki kesempatan.
Membawamu pergi ke tempat dansa, karena aku tahu seberapa kau mencintai hal itu.
Kuharap Minho selalu ada untuk mengenggam erat tangannmu, sementara dulu aku jarang melakukannya.
Memberikan semua waktunya untukmu, disaat ia masih memiliki kesempatan.
Membawamu pergi ke tempat dansa, karena aku tahu seberapa kau mencintai hal itu.
Dan kuharap
ia melakukan semua yang seharusnya sudah kulakukan padamu, saat aku masih
menjadi lelakimu.
Saranghaneun
Kwon Yuri, selamanya aku akan mencintaimu. Walau kau bukan milikku lagi sekarang.
Yesung
“Oppa…” lirih Yuri sambil menjatuhkan surat itu. Ia menangkupkan wajahnya ke kedua tangannya, memberikan sedikit ruang untuk mengeluarkan tangisnya.
Ia menangis sekencang-kencangnya.
Tanpa memedulikan orang-orang yang berlalu lalang dihadapannya. Ia tak peduli
sekarang. Yang ia tahu, sekarang ia sangat sakit karena mengetahui luka Yesung.
Entah mengapa ia jadi merasa
bersalah. Haruskah ia merasa begitu? Sementara dulu Yesung-lah yang terlalu egois.
Yesung-lah yang jarang memperhatikan dirinya. Yesung-lah yang tak pernah
menyadari bahwa ia adalah seorang pria milik Kwon Yuri.
Tapi merasa bersalahpun tak akan
berguna. Karena rasa itu sepenuhnya sudah di ambil sang pria, yang kini
berjalan menuju piano hitamnya. Untuk menyanyikan sebuah syair yang
menggambarkan perasaan sesalnya. Yesung memulai permainannya.
The End
Eunsuk ingin curhat sedikit nih. Fanfiction oneshoot ini aku dapetin saat
dengerin lagu baru Bruno Mars. Yeah of course, the
title is When I Was Your Man. Aku
copas liriknya, dan aku baca dengan seksama. Dan saat itu juga, aku kepikiran
buat bikin FanFic. Dan yah, menurut aku tokoh yang pas sebagai si Bruno itu
adalah Yesung. Karena dia satu-satunya yang menurut aku cocok sama Yuri karena
Yuri itu kan
jago dansa. Yah, intinya sih, karena aku duluan milih Yuri sebagai cewenya,
jadi Yesunglah yang terpaksa jadi si Bruno. Padahal kata aku sih lebih cocok
Siwon. Tau deh kenapa… aku juga bingung. Dan Minho? Yap, karena dia couplenya Yuri. Apalagi soal dance.
Pokoknya, yang baca ini plis komen. Yang suka, komen dan join blog saya. Hehe :D gomawo readers ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar