Sabtu, 20 April 2013

Perjalanan Ini



Jejak terbentuk
meninggalkan kisah
menuju tujuan
dalam perjalanan ini
kita melangkah
Tak bisa kupingkiri
bahwa tiap perjalanan kita
meninggalkan dendam
Namun ia berkata, “Tiap perjalanan meninggalkan kenangan.”
Entah kenangan apa pada dirimu, kawan
Karena kupikir, kau terlalu terburu-buru
Nikmatilah saja
perjalanan ini
lihat keindahannya
Memang apa tujuanmu?
Tujuan kita sama
Tanpa ada batas waktu yang pasti

Puisi ini di buat saat hari ke tiga ekspedisi gue bersama teman-teman sekolah. Di saat kita menyusuri pantai, dengan jarak 12 km.
 

Senin, 08 April 2013

When I Was Your Man




Malam yang gelap, menjadi latar belakang yang indah saat kunang-kunang berterbangan di angkasa. Disana, di taman itu, sepasang kekasih tengah asyik berdansa. Walau tanpa diiringi musik. Hening sekali disana. Hanya ada bunyi jangrik dan tawa bahagia mereka yang memenuhi seisi taman yang sepi.
Di temani oleh puluhan kunang, mereka menghayati malam tenang itu. Sambil kadang tertawa pelan, mereka berdansa dengan mahirnya. Si wanita memakai gaun putih yang indah, sementara si pria memakai tuxedo hitam yang sangat memikat. Keduanya terus berdansa, tanpa menyadari seorang pria tengah memperhatikan mereka.
Pria itu, Yesung, berdiri menatap sepasang kekasih yang serasi itu. Ia tersenyum, namun senyum sedihlah yang ia tampilkan.
Ia senang, karena sang wanita kini sudah bersama pria yang lebih cocok dari dirinya. Namun ia juga sangat sedih, karena mengetahui kenyataan bahwa kini, cintanya telah berdansa dengan pria lain.
Yesung sangat menyesal sekarang. Dulu ia terlalu muda dan bodoh untuk menyadarinya. Seharusnya dulu aku membelikanmu sebuket bunga, dan menggenggam erat tanganmu mungilmu. Seharusnya aku bisa memberimu semua waktuku, jika aku memiliki sebuah kesempatan. Membawamu ke setiap pesta, karena aku tahu, semua yang ingin kau lakukan adalah berdansa. Dan kau, cintaku. Sekarang kau berdansa, tapi dengan pria lain.
Yesung tahu, ia tidak bisa dan tak akan pernah bisa untuk membersihkan kekacauan yang ia buat saat ia masih bersama wanita itu. Dan sejujurnya, itulah yang menghantui dirinya saat ia menutup matanya.
Pria malang itu berlalu meninggalkan taman tempat kedua sejoli itu yang masih asyik berdansa. Ia berjalan dengan putus asa. Ia berjalan dengan sepercik kerinduan.
Jalan kini sudah lengang, karena malam sudah larut. Membuat Yesung bisa mengeluarkan semua kepedihannya lewat air mata.
Pria itu menangis. Menyesali semua kesalahannya di masa lalu.
**
Tiga bulan telah berlalu, sejak perpisahan Yesung dengan mantan kekasihnya. Dan dua hari telah berlalu, sejak Yesung melihat sang mantan sudah bersama pria lain. Namun ia masih tidak bisa melupakan wanita yang dulu adalah miliknya itu.
Lagu kesukaan mereka, yang terputar di radio, sekarang sudah tidak lagi terdengar sama. Hati Yesung akan sakit jika mendengar nama mantannya itu disebut. Dan kini, rumahnya yang dulu sering dikunjungi oleh tawa bahagia sang mantan, sekarang terasa sangat hampa.
Yesung berjalan dengan lemahnya menuju taman itu. Taman dimana ia habiskan waktu berdua dengan mantannya. Dan taman dimana ia menyaksikan bahwa mantannya kini sudah bersama pria lain.
Yesung duduk di bangku favoritnya dengan mantan kekasihnya itu. Kenangan itu dengan sekejap tiba di hadapan Yesung. Membuat hatinya semakin perih. Membuat rongga di dadanya membesar.
Ia menangkupkan wajahnya ke dalam lutut yang ia tekuk. Dan disanalah ia menangis tanpa suara. Namun terdengar sangat menyakitkan.
Memang benar apa yang dikatakan orang-orang. Bahwa hanya satu hal didunia ini, cara untuk menyadari seorang manusia betapa berharganya orang yang kita cintai. Yaitu dengan kehilangan.
Sekarang semua sudah sangat terlambat. Namun tiba-tiba sesuatu menyentuh pundak lelaki malang itu, membuat Yesung mendongkakan kepalanya.
Dilihatnya wanita itu. Wanita yang dulu ia cintai. Bahkan sampai sekarang ia masih mencintainya. Wanita yang dulu ia nantikan kehadirannya. Bahkan sampai sekarang ia masih mengharapkan hal itu.
Wanita itu menatap Yesung dengan sedih. Seakan ia tahu bahwa hati Yesung sangat terluka. Namun sekarang ia sudah milik pria lain. Pria yang lebih menghargai dirinya lebih dari yang dulu Yesung lakukan.
“Kenapa kau jadi seperti ini?” lirih wanita itu seraya duduk.
Yesung tak mengalihkan pandangannya dari wanita itu. “Yuri-ah…”
Wanita yang bernama Yuri itu, menghapus air mata Yesung dengan lembut. Sangat lembut sehingga membuat Yesung ingin mendekapnya erat. Sangat erat agar Yuri tak lagi pergi meninggalkannya.
Tapi Yesung tahu, itu salah. Yuri bukan miliknya lagi sekarang.
“Kumohon jangan seperti ini oppa…” bisik Yuri sambil mengelus rambut gelap Yesung.
Sentuhan wanita itu, membuat Yesung semakin ingin menangis. Ia merindukan sentuhan itu, namun ia juga berharap agar sentuhan itu tak dirasakannya lagi. Karena itu hanya akan membuatnya semakin sakit.
Oppa, dengarkan aku…”
“Yul,” Yesung mendesah sambil merogoh saku jaket yang sekarang ia kenakan. Ia harus pergi sekarang juga. Jika tak mau rongga di dadanya semakin besar. “aku ingin kau membacanya.” Pria itu memberi sepucuk surat yang di bungkus amplop putih bersih.
Tangan Yuri meraih surat itu. Namun bukan hanya surat itu yang ia raih. Tapi tangan Yesung pun kini sudah ia genggam dengan erat.
Oppa…”
“Aku harus pergi sekarang…” Yesung berdiri dengan tangan yang masih digenggam Yuri. Matanya kini sudah tak sanggup melihat wajah wanita yang masih sangat berharga baginya itu. Maka ia putuskan untuk memandang ke depan dengan perasaan yang sangat berat. “Terimakasih untuk semuanya, dan selamat atas pernikahanmu dengan Minho.” Ucap Yesung dengan susah payah agar tidak terdengar sesenggukan. Yesung berusaha berlalu, namun tangannya masih ada di genggaman Yuri.
Hati Yuri mencelos sekarang. Ia tahu ini terlalu cepat sejak perpisahannya dengan Yesung. Namun orang tuanya yang membuat ia terpaksa untuk mempercepat pernikahan. Lagipula Minho sangat mencintanya. Dan ia juga sudah mencintai pria yang lebih muda darinya itu.
“Kumohon Yuri… lepaskan aku…” desis Yesung dengan air mata yang sudah mengalir ke pipi mulusnya.
Perlahan tapi pasti, genggaman Yuri melemah. Ia menjatuhkan tangannya yang masih menggenggam surat ke pangkuannya. Dan saat itu juga Yesung berjalan meninggalkan Yuri yang sedang berusaha untuk tidak menangis. Tapi tak berhasil.
Yuri membuka surat itu dengan tangan yang bergemetar hebat. Tetesan-tetesan air matanya jatuh menimpa surat dari Yesung.
Ia sudah tak mencintai Yesung, namun ia terlalu sakit jika harus melihat pria yang dulunya humoris sekarang berubah menjadi pria yang sangat rapuh. Maka semakin keluarlah air mata Yuri saat membaca surat dari Yesung.
Aku tahu ini memang menyakitkan, tapi biarlah aku katakan padamu terlebih dahulu bahwa aku menyadari, memang aku salah.
Yuri, aku tahu ini sangat sangat terlambat untuk memohon maaf padamu untuk semua kesalahan itu. Tapi aku hanya ingin kau tahu, bahwa…
Kuharap Minho selalu membelikanmu sebuket bunga, disaat dulu aku tak pernah membelikannya untukmu.
Kuharap Minho selalu ada untuk mengenggam erat tangannmu, sementara dulu aku jarang melakukannya.
Memberikan semua waktunya untukmu, disaat ia masih memiliki kesempatan.
Membawamu pergi ke tempat dansa, karena aku tahu seberapa kau mencintai hal itu.
Dan kuharap ia melakukan semua yang seharusnya sudah kulakukan padamu, saat aku masih menjadi lelakimu.
Saranghaneun Kwon Yuri, selamanya aku akan mencintaimu. Walau kau bukan milikku lagi sekarang.
Yesung


Oppa…” lirih Yuri sambil menjatuhkan surat itu. Ia menangkupkan wajahnya ke kedua tangannya, memberikan sedikit ruang untuk mengeluarkan tangisnya.
Ia menangis sekencang-kencangnya. Tanpa memedulikan orang-orang yang berlalu lalang dihadapannya. Ia tak peduli sekarang. Yang ia tahu, sekarang ia sangat sakit karena mengetahui luka Yesung.
Entah mengapa ia jadi merasa bersalah. Haruskah ia merasa begitu? Sementara dulu Yesung-lah yang terlalu egois. Yesung-lah yang jarang memperhatikan dirinya. Yesung-lah yang tak pernah menyadari bahwa ia adalah seorang pria milik Kwon Yuri.
Tapi merasa bersalahpun tak akan berguna. Karena rasa itu sepenuhnya sudah di ambil sang pria, yang kini berjalan menuju piano hitamnya. Untuk menyanyikan sebuah syair yang menggambarkan perasaan sesalnya. Yesung memulai permainannya.
The End
Eunsuk ingin curhat sedikit nih. Fanfiction oneshoot ini aku dapetin saat dengerin lagu baru Bruno Mars. Yeah of course, the title is When I Was Your Man. Aku copas liriknya, dan aku baca dengan seksama. Dan saat itu juga, aku kepikiran buat bikin FanFic. Dan yah, menurut aku tokoh yang pas sebagai si Bruno itu adalah Yesung. Karena dia satu-satunya yang menurut aku cocok sama Yuri karena Yuri itu kan jago dansa. Yah, intinya sih, karena aku duluan milih Yuri sebagai cewenya, jadi Yesunglah yang terpaksa jadi si Bruno. Padahal kata aku sih lebih cocok Siwon. Tau deh kenapa… aku juga bingung. Dan Minho? Yap, karena dia couplenya Yuri. Apalagi soal dance.
Pokoknya, yang baca ini plis komen. Yang suka, komen dan join blog saya. Hehe :D gomawo readers ;)