Minggu, 31 Maret 2013

My Memory About You, Nin

Dari kemaren gue nginep di rumah enin gue yang sekarang lagi diisi sama uwa gue plus keluarganya. Rasanya janggal banget. Kalo biasanya gue dateng trus yang ada di situ cuma ada gue dan nenek gue doang, sekarang malah rame. Dan yang paling penting adalah, nenek gue ga ada di situ.

Sedih sih, pasti lah. Secara gue sama nenek gue deket bangeett.... Dari dulu pas gue kecil, gue sering banget nemenin beliau di rumahnya karena beliau tinggal sendirian. Dulu sih cuma karena di suruh sama Ibu gue. Tapi kesininya jadi kayak udah rutinitas gue setiap weekend nginep di rumah nenek gue.

Kalau denger nama nenek gue di sebut, rasanya di dada gue sakit banget. Kayak ada rongga gede banget manganga. Susah banget buat nutup lagi rongga itu.

Kadang gue suka nyesel sama diri gue sendiri. Kenapa dulu waktu nenek gue masih ada, gue ga memaksimalkan tenaga gue buat beliau? Malah kadang gue suka sungut-sungut sendiri di belakangnya. Maafin ya nin :'(

Tapi takdir sih yah... sekarang nenek gue ga bakal bisa balik lagi. Sekarang alasan weekend gue ke rumah nenek bukan buat nemenin. Tapi cuma buat main doang.

Pokoknya, makasih banget nin. Salsa dapet banyak banget dari enin. Salsa jadi tau Jepang itu ternyata ga ada yang punya mobil pribadi. Padahal itu negara yang kirimin mobil-motor bikinannya ke sini dan bikin macet. Salsa juga tau seberapa pentingnya belajar ngaji dari dini. Salsa juga jadi bisa bersikap ramah kalau ke orang yang tua karena enin suka bawa Salsa ke tempat-tempat temen-temen enin :D

Enin itu satu-satunya orang tua yang ga pernah marah-marah ke Salsa. Enin juga salah satu dari dua orang tua yang engga ngejek bias Korea Salsa :D  Salsa inget banget waktu Salsa nunjukkin foto 6 member Exo-k, Enin milih D.O :D salah satu bias Salsa.

Yah, I miss you, Nin...
and I'll always love you :'*

Jumat, 22 Maret 2013

Fanfiction: Let The Destiny


Let the Destiny
Title: Let the Destiny
_______
Length: Oneshot
_______
Rating: General
_______
Genre: Fantasy, Fiction
_______
Author: Song Eun Suk a.k.a Fahira Salsabila
_______
Main Cast: Im Yoon Ah a.k.a Yoona
_______
Support Cast: Kim Jongin a.k.a Kai, Nyonya Kim (Kai' mom), Leeteuk, Kangin, Kris, Chanyeol.

Author Note/[A/N]: Ini dia... Fanfiction pertama yang di post ke blog ini. Sebenernya ada beberapa Fanfiction yang udah aku buat, tapi sepertinya harus di rombak dulu. Ini juga sebenernya harus di rombak, cuma males aja :D. Pokoknya, nikmatin aja deh. Maaaaf banget kalo gaje. Emang nih FF bener-bener gaje sih.



Dia termenung di balkon sekolah. Dengan tangan yang sedang menopang dagunya, dia memperhatikan anak-anak namja yang sedang asyik bermain bola. Asyik ya, bisiknya pelan. Sayangnya aku seorang yeoja.
Para namja bermain bola untuk mengusir kebosanan mereka menunggu acara sekolah hari ini mulai. Night at School Without Teacher. Sekolah malam yang diadakan para senior namun tanpa adanya guru.
Bosan sekali, pikir anak yeoja itu  yang masih saja menonton pertandingan bola. Terlihat seorang namja yang entah siapa namanya, duduk di bangku penonton. Dilihatnya muka anak itu. Tak terlihat jelas. Namun matanya terlihat sedang memandangi lapangan dengan tatapan kosong. Mukanya juga terlihat pucat. Siapa itu?
Kris sedang menggiring bola menuju gawang. Bola pun ditendang olehnya ke arah gawang, namun ditepis oleh Chanyeol sang kiper. Chanyeol menepisnya dengan cara menendangnya kembali kearah lapangan. Tapi sayang, bolanya melesat ke arah bangku penonton. Ke arah anak namja tadi. Semakin dekat, semakin dekat…. Dan benar saja, anak namja yang sedari tadi bengong itu kepalanya terhantam bola tendangan Chanyeol.
Namja  itu masih saja terbengong-bengong.
Hingga akhirnya ia jatuh pingsan.
Semua orang dilapangan berlari menuju tempat namja tadi pingsan. Tiba-tiba saja seseorang berteriak, “Panggil ketua! Panggil sunbae!” lalu seorang anak berlari menuju kantor tempat ketua itu berada.
Sementara anak yeoja tadi turun tangga perlahan. Berjalan dengan santainya menuju kerumunan orang. Saat yeoja itu tengah berjalan, Leeteuk, sang ketua sunbae berlari melewatinya.
Tentu saja, Leeteuk lebih dulu sampai daripada yeoja itu.
Leeteuk tengah memeriksa namja yang pingsan tadi. Memeriksa pergelangan nadinya, tak ada denyut sama sekali. Sepi. Lalu ia menempelkan telinganya ke dada anak itu. Sama, tak ada detak jantung. “I..ia meninggal…….” bisik Leeteuk. Segera ia menggendong anak tadi, menuju ruang kelas.
“Dia meninggal! Dia meninggal!”

                                                                Help Me!               

“Hah, hah, hah…..” Yoona terbangun dari mimpi buruknya. Akhir-akhir ini ia seringkali memimpikan adegan yang mengganggu tidurnya itu. Apa maksud semua ini? Pikirnya dalam hati. Ingin sekali ia mengetahui maksud Tuhan memberikan mimpi itu kepadanya.
Yoona beranjak dari kasurnya, menuju kamar mandinya. Ia menatap cermin diatas wastafel. Matanya terlihat lelah. Wajahnya terlihat lesu dan kurang sehat. Ia tersenyum hambar.
Akhirnya Yoona keluar dari kamar mandi. Dengan tubuh hanya berbalut handuk putih, ia berjalan menuju lemarinya. Saat pintunya terbuka, ia melihat secarik kertas yang tertempel dipintunya. Disana bertuliskan, “Night at School Without Teacher – 26 Desember 2007 (09.00)”. Yoona-pun melirik kalendernya. “Hm, hari ini tanggal 26. Baiklah.” Ia lalu melirik jam di meja belajarnya. “Jam setengah sembilan….” Bisiknya pelan.

                                                                Help Me!               

Yoona berjalan pelan menuju gedung kelasnya yang bertingkat. Melewati para namja yang sedang asyik bermain bola. Saat sampai di kelasnya dan menaruh tas bawaannya, ia keluar menuju balkon.
Bosan sekali, pikir Yoona yang sedang menonton pertandingan bola. Terlihat seorang namja yang biasa dipanggil Kai, duduk di bangku penonton. Dilihatnya muka anak itu. Tak terlihat jelas. Namun matanya terlihat sedang memandangi lapangan dengan tatapan kosong. Mukanya juga terlihat pucat.
Yoona segera sadar dari lamunannya. Badannya yang tadinya condong kedepan dengan tangan menopang dagu, kini sudah berdiri tegak. Mimpi itu….
Kris sedang menggiring bola menuju gawang. Bola pun ditendang olehnya ke arah gawang, namun ditepis oleh Chanyeol sang kiper. Chanyeol menepisnya dengan cara menendangnya kembali kearah lapangan. Tapi sayang, bolanya melesat ke arah bangku penonton. Ke arah Kai duduk. Semakin dekat, semakin dekat…. Dan benar saja, Kai yang sedari tadi bengong itu kepalanya terhantam bola tendangan Chanyeol.
Yoona shock. Mimpinya seperti kembali lagi. Mimpinya tiba-tiba lewat begitu saja tanpa permisi. Ia segera berlari menuruni tangga.
Berbeda dengan mimpi tadi, Yoona kini berlari dengan wajah pucat khawatir. Andwae! Andwae! Teriaknya dalam hati.
Saat sampai di kerumunan, ia melihat Kai yang sedang terkapar lemas. Tiba-tiba saja seseorang berteriak, “Panggil ketua! Panggil sunbae!” lalu seorang anak berlari menuju kantor tempat ketua itu berada.
Leeteuk tengah memeriksa namja yang pingsan tadi. Memeriksa pergelangan nadinya, tak ada denyut sama sekali. Sepi. Lalu ia menempelkan telinganya ke dada anak itu. Sama, tak ada detak jantung. “I..ia meninggal…….” bisik Leeteuk. Segera ia menggendong anak tadi, menuju ruang kelas.
“Dia meninggal! Dia meninggal!”
Ap.. apa?!
                                                                Help Me!               
Yoona menangis. Sendiri, di kamar mandi. Kamar mandi memang kerap menjadi tempat favoritnya untuk menangis, tanpa dilihat siapapun.
Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju kelas dimana Kai akan diperiksa. Ia mendekati kerumunan orang yang sedang menonton di jendela kelas.
“I.. ia memang meninggal.” ujar Kangin sunbae-nim, sang medis sekolah. “Ta.. tapi bukan karena bola kok. Tidak mungkin hantaman bola bisa membunuh orang. Ini pasti ada faktor lain, namun aku tak tahu apa. Peralatan disini tidak memadai. Ia harus dibawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Aku akan memanggil amb….”
“Ja.. jangan!” teriak ketua sunbae.
Semua diruangan itu terdiam mendengar teriakan Leeteuk.
“Apa?! Wae geurae?!” tanya Kangin sunbae-nim heran.
Pabo! Kau mau orang tua nya tahu? Bisa-bisa orang tua nya menyalahkan kita! Kita harus menyembunyikan jasad Kai, hingga kita tahu penyebab sesungguhnya..” muka Leeteuk terlihat khawatir.
Yoona berjalan menjauhi kelas itu. Ia berlari menuju kamar mandi. Dan menangis lagi.
Tentu ia sangat sedih Kai meninggal. Kai dan Yoona sudah berteman sejak Yoona SD, dan Kai masih TK. Sampai sekarang, saat mereka berdua SMP–Kai kelas 7 dan Yoona kelas 9–Orangtua mereka juga sangat dekat. Kai baginya sudah seperti dongsaeng-nya sendiri.
Yoona keluar dari kamar mandi. Kembali berjalan menuju kelas. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Nyonya Kim sedang berjalan. “A.. ahjumma!”
                                                                Help Me!               
“Memangnya orangtua tak boleh ketemu anaknya dulu ya, Yoona-ssi?” tanya ibunya Kai. Tadi Yoona mengatakan, untuk sekarang anak-anak tidak diperbolehkan bertemu dengan orangtua mereka.
Yoona menggeleng pelan.
“Aish, padahal ahjumma hanya ingin mengantarkan barangnya yang tertinggal,” kata ibunya Kai. “Kalau begitu, aku titip ini ya, Yoona-ssi.” Nyonya Kim menyerahkan sebuah tas kecil yang entah apa isinya.
Yoona mengangguk, “N..ne…”
Mereka terdiam sejenak. Nyonya Kim sebenarnya heran dengan sikap Yoona yang terlihat pendiam. Walaupun Yoona memang terkenal sangat terutup dan pendiam, tapi Nyonya Kim tahu sesuatu. Di depan dirinya dan Kai, Yoona akan  berubah menjadi anak yang ceria. Tak seperti biasanya.
“Um, kalau bagitu aku pulang dulu ya Yoona-ssi.” Nyonya Kim segera berdiri dari kursinya. Membungkukkan badannya 45 derajat, dan berbalik untuk meninggalkan Yoona.
A… ahjumma..” panggil Yoona lirih. “Tu.. tunggu sebentar..”
Nyonya Kim berbalik menghadap Yoona. “Hm? Ada apa?”
Yoona berdiri dari kursinya. Berjalan mendekati Nyonya Kim. “Apa.. ada sesuatu dari Kai yang ahjumma tutupi? Misalnya seperti penyakitnya atau apa…”
Kai adalah anak yang lumayan pendiam. Namun Kai sering menghibur Yoona ketika dia sedang sedih. Kai juga selalu ingin terlihat bahagia walaupun sebenarnya ia sedang sedih.
“Ma..maksudmu?” Nyonya Kim balik bertanya.
Yoona terdiam, “A… aku hanya ingin tahu semua tentang Kai. Soalnya akhir-akhir ini ia terlihat menutupi sesuatu dariku. Apa ada, ahjumma?” Yoona memperlihatkan muka sedihnya. Bukan, muka prihatinnya.
“Sebenarnya..” Nyonya Kim membuka mulut. “Kai punya penyakit yang cukup kronis. Namun kami tidak punya uang untuk mengoperasikannya.” lanjutnya.
Dada Yoona seketika sesak. Namja yang selalu ingin ia lindungi sebagai dongsaeng, ternyata punya penyakit kronis dan ia tak tahu itu.
“Apa itu?”
“Tu.. Tumor otak.” Jawab Nyonya Kim pelan.
“Ap.. apa?”
“Tumor otak. Ia memiliki tumor otak sejak kelas 5 SD.” Tambah Nyonya Kim. Raut mukanya seketika menjadi sedih. “Yoona-ssi, kumohon kau jangan memberitahukan ini kepada siapapun. Apalagi kekasihnya. Aku takut ia akan khawatir.”
Yoona hanya terdiam. Tumor otak. Pikirnya. Apa itu yang membuat Kai pucat? Apa itu faktor utama yang membuat Kai meninggal?
Yoona mendekati Nyonya Kim. Seketika saja ia memeluk tubuh orang tua itu. Dan menangis dipundaknya.
“Yoona-ssi? Yoona-ssi??” ujar Nyonya Kim keheranan. “Waeyo?”
A… Ahjumma.. Maafkan aku tidak berhasil menjaga Kai dengan baik. Maafkan aku…” ujar Yoona sambil terisak-isak.
Nyonya Kim berusaha melepas pelukan Yoona dengan pelan. “Memang ada apa dengan Kai, Yoona-ssi?”
Yoona masih saja menangis. “Kai..” ia menundukan kepalanya. “Kai sudah tiada…”

                                                                Help Me!               

Pemakaman berlangsung dengan lancar.
Kemarin, Leeteuk akhirnya memberitahu kejadian sebenarnya pada Nyonya Kim. Syukurlah Nyonya Kim tidak menghardik Leeteuk dan teman-temannya.
Namun tetap saja ia masih bersedih.
Kini tinggal Nyonya Kim dan Yoona yang ada di makam Kai. Nyonya Kim menangis tersedu-sedu sambil memeluk papan nisannya. “Jongin-ah… Jongin-ah…” panggil Nyonya Kim dengan suara parau.
Yoona mendekati Nyonya Kim dan mengelus punggung orang tua itu. “Ahjumma… relakan-lah Kai. Biarkan ia hidup tenang disana, ini sudah takdirnya…” bisik Yoona pelan.
“Salahku.. ini semua salahku… andai saja aku punya uang banyak, Kai pasti bisa operasi dan sembuh. Jongin-ah…. Jongin-ah….” Ibunya masih saja memeluk nisan anaknya itu.
Ahjumma….” Yoona membalikkan tubuh orang tua itu pelan. Dan memeluknya hangat. “Jangan pernah menyalahkan diri. Tadi malam, aku menangis dan terus menyalahkan diriku. Namun aku tahu, itu semua tidak berguna. Ini sudah takdirnya, Ahjumma…”
“Ta..tapi..”
“Shh.. Ahjumma, apa kau tidak mau Kai bahagia di alam sana? Apa kau mau Kai tersiksa karena ahjumma menangisinya?” tanya Yoona dengan kesal namun ia berusaha agar intonasinya terdengan lembut. “Aku yakin ahjumma tidak mau. Jadi, berjanjilah agar tidak menangisi Kai lagi.” Yoona masih saja memeluk dan mengelus lembut Nyonya Kim. “Aku ingin melihat ahjumma ceria lagi. Kumohon, relakan lah Kai…”
Ketenangan menemani mereka. Menerjang hingga ke jantung, memaksa degupnya untuk tidak mengeluarkan suara. Meminta agar tidak mengganggu momen ini. Agar Nyonya Kim dapat berpikir dengan jernih.
Ahjumma?”
Nyonya Kim terbangun dari pelukan Yoona. Menatap wajah wanita itu dengan lekat. “Yoona-ssi, terimakasih selama ini telah menjadi kakak yang baik untuk Kai. Aku mungkin tidak bisa membalas jasamu. Namun aku akan berusaha membuatmu bahagia, jadi…” mereka terdiam lagi. “Aku merelakan Jongin, anakku.”

                                                                Help Me!               
Hari-hari Yoona berjalan dengan baik walaupun tanpa Kai disampingnya. Mimpi buruk itu kadang kembali ke ingatannya.
Mimpi-mimpi lain juga kadang hadir di tidur manisnya. Mimpi yang nantinya akan menjadi kenyataan. Tak hanya mimpi buruk, mimpi indah pun kadang mendatanginya.
Setiap kejadian di mimpi buruknya tiba, Yoona selalu memiliki keinginan  untuk mengubahnya. Namun hati kecilnya berkata untuk membiarkan itu. Itu semua sudah menjadi takdir, dan Yoona tak mau mengacaukannya.
Sekali saja ia mengubahnya, ruang masa depan pasti akan kacau.

                                                                        END


Otthe? How? Gimana?
Gaje kan bener... udah terserah. Yang penting jangan lupa komen. Arra??? Ok??

My First Time

Annyeong!
Hai, nama gue salsa, Fahira Salsabila. Blog kedua gue yang di khususin buat masterpiece-masterpiece gue :D *ngarep* *amin*.
Gue suka banget nulis. Terutama Fanfiction k-pop. Yea, I love K-pop, and I love write. So, di blog ini rencananya gue bakal nge post beberapa karya-karya gue. Ga cuma Fanfition, puisi juga ada.
Gue harap, blog ini - langkah pertama gue manuju mimpi - bakal sukses *amin amin*.
So, gue bakal ngasih karya pertama gue, sebuah puisi yang gua buat spesial buat nenek gue yang udah ninggalin gue pada 20 Maret lalu. *sedih*.
Nanti InsyaAllah karya-karya berikutnya bakal gue post^^ stay tuned^^.

My Poem: Aku Merindukanmu

Hatiku kadang berbisik,
"Mengapa rasanya sangat cepat?".
Saat lalu aku merasa,
bahwa aku bisa selalu menemanimu.
Namun takdir, berkata lain.

Tangisku, bukan paksaan.
Melainkan sakit yang terasa, jauh di dalam hati.
"Apa aku bisa rela?" pikirku.

Di sisi lain aku merasa sangat hampa.
Kehilangan dirimu adalah yang terburuk selama nafasku hingga saat ini.

Waktu dengan cepat berlalu,
tapi aku masih saja merindukanmu.
Kupikir ini hanya mimpi.
Yang sangat aku inginkan akhirnya.
Di saat membuka mata,
kuberharap kau masih ada.
Tapi berapa kalipun aku berusaha terbangun, tetap saja mimpi buruk ini tak berujung.

Mulutku berucap aku merelakanmu, dan aku bersikeras pada diriku bahwa aku sudah mengikhlaskanmu.
Tapi kenapa di dalam sini,
kadang gumaman itu terdengar?
"Kenapa kau meninggalkan aku,, kami?"


Kenangan bersamamu juga masih ada.
Kadang menari-nari dengan seenaknya di benakku.
Membuatku semakin berharap mimpi buruk ini segera terbang menjauh.

Usahaku selalu kukerahkan agar bisa bersikap biasa,
tersenyum,
tertawa.
Namun sesungguhnya hati ini menangis,
kencang sekali.
Hingga malaikat disana saja mendengarnya.

Aku selalu berdoa,
"Tuhan, jika ini memang nyata, maka buatlah aku rela. Walau kutahu ini adalah yang tersulit dalam hidupku."

Satu yang ingin kukatakan,
selamat tinggal, enin-ku tercinta.
Selamanya,
aku akan terus mengingatmu.
Selamanya,
aku akan selalu mencintaimu.


*prok prok prok*
Gimana? bagus ga? Bagus ga? Engga yah? T_T
Menurut gue sih bagus-bagus aja :D
oya, puisi ini pernah gue masukin di blog pertama gue iamaauthor.blogspot.com
yang baca, komen yaa... pliiss... makasiih :*
salam hangat dari penulis~